Pameran Tandra Paseng, Hadirkan Batik Estetik dengan Makna Simbolik


MAKASSAR---Budaya berkain sudah dikenal sejak lama di Sulawesi Selatan. Hampir di semua aktivitas, kita bisa melihat orang-orang mengenakan kain. Sulawesi Selatan bahkan punya tenunan khas yang cukup terkenal. Belakangan, berkembang batik Lontara atau batik dengan motif-motif yang menampilkan ragam hias Sulawesi Selatan.

Dalam kaitan dengan seni rupa, batik tidak cuma merepresentasikan motif dan warna. Namun juga menggambarkan sejarah, budaya, serta identitas yang bisa dilihat hingga sekarang. Itulah yang coba disuguhkan dalam penyelenggaraan Pameran Tandra Paseng: Representasi Budaya Sulawesi Selatan dalam Wastra Batik.

Pameran seni batik ini diadakan oleh ARTifact Project atas dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX, bertempat di Gori Artisan, Jalan Moh Paleo 1 No.11, Antang, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pameran di kafe yang cozy ini berlangsung sejak Rabu-Jumat, 2-4 Oktober 2024.

Alif Aflah Yafie, sebagai penyelenggara, mengatakan bahwa Pameran Tanra Paseng menampilkan 5 peserta pengkarya atau perupa. Mereka memiliki latar belakang gaya berkarya yang berbeda. Ada Muh Fadly Saleh yang merupakan seorang arsitek, Zamkamil pelukis, Nurul Inayah dosen jurusan interior, Muh Firmansya designer grafis dan muralis, dan Fantri Pribadi yang merupakan pengkarya batik.

Alif menambahkan, Tandra Paseng berangkat dari bahasa Bugis yaitu "tandra" berarti tanda atau simbol, dan "paseng" berarti pesan. Biasa juga dikenal "pappaseng" yang berarti petuah atau pepatah. 

Tandra Paseng, kata Alif, diartikan sebagai sebuah tanda yang memiliki pesan-pesan bermakna di dalamnya. Diharapkan lewat karya tersebut, pesan atau makna di dalam kebudayaan tradisi di Sulawesi Selatan dapat dibicarakan kembali. 

Kegiatan yang diadakan bertepatan dengan Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2024 ini, sebagai salah cara untuk memperkuat jati diri dan identitas kedaerahan. Selain itu, membuka kesempetan dalam pengembangan wacana kebudayaan di Sulawesi Selatan.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX, yang diwakili Pamong Budaya Ahli Bidang Kesenian, Muh Aulia Rakhmat, dalam sambutannya mengatakan, BPK lewat berbagai program pemajuan kebudayaan membuka peluang bagi para seniman, maupun masyarakat umum untuk turut terlibat dalam program-program BPK untuk kemajuan seni dan budaya Sulawesi Selatan.

Aulia Rakhmat mengajak para pekerja seni dan penggiat kebudayaan, bila punya ide inovatif, silakan diajukan ke BPK. Disampaikan, ada 66 proposal yang lolos, salah satunya dari ARTifact Project. Disampaikan, bantuan yang diberikan BPK tidak hanya terbatas seperti kegiatan ini. Bahkan kepada mereka yang mau magang dan studi ke luar negeri juga bisa mendapat dukungan Dana Indonesiana.

Diakui bahwa dari Sulawesi Selatan masih relatif kecil yang mengakses dana abadi kebudayaan ini. Padahal dana yang tersedia besar. Menurut Aulia, jejaring kesenian di Sulawesi Selatan cukup luas dan itu potensi untuk bisa mendapatkan Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan.

Dikatakan bahwa kita ini andal dalam berkarya tapi masih perlu pembenahan dalam administrasi. Sehingga dibutuhkan kerja kolaboratif demi pemajuan kebudayaan.

Pameran Tandra Paseng ini bukan sekadar menampilkan karya-karya batik biasa. Selain warna dan bentuk, ada pesan yang mau disampaikan lewat simbol-simbol yang digambar di atas kain tersebut. Simbol berupa nlai-nilai luhur itu menjadi salah satu medium ekspresi yang mampu merangkum berbagai aspek kehidupan dan budaya Sulawesi Selatan.

Para perupa terlihat cukup berhasil mengeksplorasi dan mengangkat kekayaan budaya lokal Sulawesi Selatan ke dalam visualisasi batik yang tidak hanya indah, tetapi juga penuh dengan pesan simbolis. 

Pengunjung misalnya, bisa melihat semangat kemaritiman dalam bentuk simbol perahu Pinisi, juga tulisan aksara Lontaraq, assikalabineng, dan sitobo lalang lipa. Ada pula lukisan batik yang menggambarkan kalender Bugis. (*)

0/Post a Comment/Comments

Stay Conneted

Domain